Rabu, 17 November 2010

Bisnis Toilet Umum, Haruskah Dipandang Sebelah Mata?

Dewasa ini kebutuhan manusia terhadap fasilitas umum relatif cukup besar. Namun sayang, tidak semua fasilitas umum tersebut didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, contohnya saja toilet umum. Kebutuhan akan toilet umum amatlah besar khususnya pada pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat umum lainnya karena setiap orang pasti akan memerlukan fasilitas tersebut. Namun sayang, fasilitas toilet umum ini dapat dikatakan masih jarang kita jumpai seperti di pasar-pasar. Meskipun sudah disediakan oleh pengelola pasar, namun masih sering kita temui toilet yang kondisinya cukup memprihatinkan. Banyak toilet umum yang tidak dijaga kebersihannya dan mengeluarkan bau tidak sedap yang pada akhirnya membuat orang-orang malas dan tidak mau menggunakan fasilitas tersebut.


Sebenarnya, toilet umum memiliki banyak manfaat contohnya bagi orang-orang pasar yang setiap harinya bergelut dan menghabiskan waktunya di pasar karena dengan berbagai aktifitas dan kebutuhan. Tidak mungkin bila pada saat ingin membuang hajatnya harus pulang ke rumah masing-masing. Oleh karena itu, hendaknya sebagai pengguna maupun pengelola toilet umum, kita harus menjaga kebersihan dan kenyamanan toilet umum. Jika dilihat dari nilai ekonomisnya, toilet umum dapat menjadi suatu bisnis yang memiliki prospek cukup tinggi. Selain memberikan keuntungan bagi pemiliknya, bisnis toilet umum juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pengelola toilet tersebut.


Salah satu orang yang memiliki gagasan untuk memiliki bisnis toilet umum adalah Bapak Eno. Beliau berasal dari sebuah desa di daerah Tasikmalaya dan kini telah menuai hasil dari bisnis toilet umumnya. Bapak Eno memulai bisnisnya sejak tahun 2000. Dengan modal awal Rp 10.000.000,- saat itu beliau membeli sebidang tanah untuk dijadikan satu buah toilet umum di daerah Pasar Ciawi, Bogor. Setelah toilet umum itu siap digunakan, beliau mulai mengelola bisnis tersebut tanpa menggunakan jasa orang lain untuk menjadi pengelola toiletnya. Setiap harinya, ada kurang lebih 200 orang yang menggunakan jasa toiletnya dengan tarif buang air kecil Rp 1.000,- untuk satu kali masuk dan mandi Rp 2.000,- untuk satu kali masuk.


Beliau mendapatkan keuntungan bersih kurang lebih Rp 3.000.000,- setiap bulannya setelah dipotong untuk memenuhi kebutuhan operasional bulanan pribadinya ditambah pembayaran retribusi bulanan setempat. Dalam waktu 3 bulan, beliau sudah mendapatkan kembali modal awalnya. Selain karena tempatnya yang strategis di pusat pasar dimana banyak orang yang menggunakan fasilitasnya baik pedagang setempat maupun para pembeli dan masyarakat umum yang melewati tempatnya, juga karena beliau melengkapi jasa toiletnya dengan menjual sampo, sabun, dan keperluan lain untuk para penggunanya. Banyak orang yang menggunakan fasilitas tersebut tidak hanya untuk keperluan membuang air kecil, tetapi banyak juga yang memanfaatkannya untuk mandi.

Dari awal bisnisnya, beliau sangat memperhatikan masalah kebersihan dan kenyamanan toiletnya sehingga banyak orang yang terus menerus menggunakan toilet umumnya. Seiring dengan waktu dan keuntungan yang didapatkannya, beliau mengembangkan bisnisnya dengan menambah jumlah toilet umum yang awalnya hanya satu buah menjadi lima. Dengan penambahan kuantitas tersebut, beliau mulai mempekerjakan dua orang karyawan yang notabene masih dalam hubungan keluarga dan teman. Dengan begitu, selain memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri, juga dapat memberikan penghasilan bagi kerabat keluarga dan temannya yang pada akhirnya memberikan penghidupan yang cukup layak bagi keluarga mereka.


Kini, bisnis itu sudah berjalan kurang lebih 10 tahun dan memberikan kontribusi yang cukup tinggi baik bagi masyarakat sekitar maupun bagi kehidupan pribadi Bapak Eno. Melalui bisnisnya tersebut, Bapak Eno sudah memiliki dua rumah tinggal di kampung halamannya serta menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan usianya yang kini sudah semakin uzur, beliau sudah dapat menuai hasil manis dari jerih payahnya dulu. Ia sudah tidak perlu lagi menunggui bisnis toilet umumnya karena sudah ada karyawannya yang mengelola sehingga ia hanya tinggal duduk manis dan mendapatkan setoran tiap bulan.                                                   


Jika kita mau melihat prospek bisnis ini lebih dalam, sebenarnya setiap orang bisa meniru Bapak Eno asalkan kita tidak hanya memikirkan keuntungan semata tetapi juga memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sebagai pengguna jasa kita. Bisnis bukan berarti hanya memberikan keuntungan kepada pelaku bisnis tetapi juga kepuasan bagi pengguna bisnis kita. Selain karena tempat yang strategis, menurut Bapak Eno, sikap dan perilaku serta kepribadian kita sebagai pengelola juga sangat mempengaruhi kelanggengan bisnisnya. Beliau menjadi contoh bagi karyawannya agar selalu ramah kepada para konsumennya juga selalu memberikan pelayanan terbaik berupa kebersihan dan kenyamanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar